Pages

Tuesday, November 10, 2015

Informasi Menyesatkan Budidaya Jahe Gajah, Jahe Emprit, Jahe Merah

Jahe Gajah Rimpang (Foto koleksi pribadi) Terus terang saya merasa 'jengkel' benar-benar dengan banyak informasi yang menyesatkan tentang budidaya jahe, termasuk PHP (Pemberian Harapan Palsu) yang banyak dilakukan oleh beberapa elemen yang menginginkan keuntungan yang cepat. Awalnya saya tidak terlalu peduli dengan informasi ini. Tapi ketika banyak cerita yang disampaikan secara langsung kepada saya tentang mode yang banyak digunakan oleh oknum-oknum, saya merasa perlu untuk menyampaikan apa yang saya tahu. Komentar dan menurut pendapat saya ini mungkin tidak benar. Silahkan hanya untuk pembaca yang ingin membantah argumen dan menyampaikan kebalikan dari ini menurut pendapat saya. Kami mencari kebenaran dan kemajuan pertanian jahe di Indonesia, tidak mencari menang kalah. Artikel ini melengkapi artikel sebelumnya: Harvest Jahe 20 kg per polybag mungkin? Beberapa informasi yang saya pikir sangat menyesatkan, antara lain:Jahe panen per polybag bisa mencapai 10 kg, 20 kg, bahkan ada yang mengatakan 40 kg. Baik jahe gajah, jahe, atau jahe merah. Jahe panen di ladang bisa sampai puluhan ton per ha.


Informasi yang menyesatkan ini disampaikan langsung oleh pemasaran yang tidak bermoral, melalui video di Youtube, melalui halaman web, ada bahkan diterbitkan dalam situs resmi pemerintah. Informasi ini digunakan untuk membujuk orang untuk melakukan budidaya jahe, karena tergiur keuntungan menabjubkan. Menghitung-hitung sering sangat tidak masuk akal. Sebagai contoh, harga jahe Rp. 8.500 kg, dan beberapa bahkan memberikan informasi jahe merah / CVD Rp. 20rb per kg. Dikalikan dengan produksi jahe: 1 polybag dari 20 kg, harga Rp. 20.000 = Rp. 400.000. Jika Anda memiliki 100 polybag sudah mampu membayar Rp. 40jt. Menurut elemen bahwa modal per polybag hanya RP. 30.000. Keuntungan RP. 400rb - Rp. 30rb = RP. 370rb per polybag. Oke misalnya, menggunakan harga terendah RP. 8.500 / kg. Omset per polybagnya bisa mencapai RP. 170rb, keuntungan Rp. 140rb per polybag. Penanaman di bidang juga melakukan perhitungan yang menyesatkan. Contoh: Penanaman 1 ha dengan jumlah penduduk 90.000 tanaman. Promosi 1 rumpun bisa panen 1kg - 3 kg. Masukan untuk menggunakan nomor terkecil 1 kg per rumpun. Produksi per ha sudah mampu mencapai 90 ton. Dikalikan dengan harga per kg Rp. 8500, omset bisa USD. 765jt. Siapa yang tidak tergiur dengan angka seheboh ini. Ada juga perhitungan yang saya lihat di YouTube seperti ini: Produksi 25m2 Jehe per 300 kg. Hal ini menunjukkan video dan kesaksian oleh petani, sehingga penonton lebih percaya diri. Hasil perhitungan per hektar adalah: (10.000 m2 / 25 m2) x 300kg = 120 ton. REMARKABLE. Coba dikalikan dengan harga per kg Rp. 8500 = Rp. 01:02 miliar. Siapa yang tidak ngiler dengan angka-angka ini. Biasanya elemen ini memberikan bukti dalam bentuk foto, video, atau bahkan jahe langsung dan segera ditimbang. Siapa yang tidak tergiur dengan iming-iming fantastis. Selain itu, dengan ibukota. Ada banyak korban. Realitas jahe panen tidak ada yang pernah mendapat yang tinggi. Bahkan hasil dari produsen negara atas di dunia adalah jahe terbesar, China, tidak ada yang setinggi itu (Baca: Hasil TOP di Cina bisa menjadi produksi 88 ton jahe per ha). Ada petani yang memberikan kepada saya jika ribuan panen polybag jahe hanya bisa menjadi rata-rata 1,2 kg per polybag, bahkan per rumpunnya yang terbaik hanya 300 gram. Sedih sekali.ASUMSI DAN BUKTI YANG MEMBUAT MENYESATKAN
Menurut pendapat saya, asumsi dan bukti yang digunakan untuk melakukan perhitungan yang sangat MENYESATKAN. Pertama, biasanya diambil hanya contoh yang baik saja. Mungkin ada satu polybag satu rumpunnya bisa keluar hingga 1,5 kg. Ini hanyalah salah satu dari dua saja, dan itu hanya kebetulan. Hasil ini difoto, membuat video, ditimbang, dan ditampilkan sebagai bukti untuk menarik orang. Satu polybag tidak dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Ini aturan statistik. Jadi jika salah satu polybag, 1m2 atau 25m2, tidak dapat digunakan untuk menggeneralisasi luas. Sampling harus mewakili populasi sehingga hasilnya tidak bias. Untuk penanaman di lahan tersebut, rumpun hanya bisa berarti dari 300 g.JAHE MAY NOT PANEN YANG BISA-TINGGI
Ini adalah argumen saya mengapa data dan perhitungan yang sangat MENYESATKAN. Sekali lagi, silakan membantah argumen saya.Pertama
Genetik ada jahe di Indonesia, atau bahkan di dunia potensi produksi bisa setinggi itu. Ini adalah keterbatasan potensi genetik 'sono'nya. Faktanya tidak ada bidang yang melebihi potensi ini, umumnya selalu di bawah potensi produksinya. Produksi jahe terpanas yang pernah saya baca di Cina hanya pol pada gambar 88 ton per ha. Itu hanya dari satu jurnal. Jurnal lain yang jauh di bawah itu, sebagian besar di bawah 60 ton per ha. Bawah rata-rata lagi, 30-40 ton pe ha. Di Cina dan India, dua dari atas produsen negra jahe di dunia. Di Indonesia, menurut data dari BPS dan Kementerian Pertanian (Silahkan di googling sendiri), produksi paling baik di lapangan adalah 27 ton per ha, ada dilaporkan hingga 30 ton per ha. Menurut Balitro, potensi produksi sekitar 35 ton per hektar untuk jahe. Jahe dan jahe merah hanya 1/3 sampai 1/2 nya saja. Di Indonesia tidak ada varietas potensi produksi jahe sangat, potensi produksi yang sangat tinggi melebihi varietas jahe dari Cina atau India. Mengapa angka menyesatkan? Karena jika potensi produksi dihitung menjadi jauh di atas angka potensi produksi jahe. Katakanlah, untuk produksi jahe 20 kg per polybag. Jika dikalikan per ha, kurang lebih setara dengan 120 ton per ha. Jika ada yang mengatakan satu tunas satu polybag untuk keluar 10 kg, berarti satu-satunya hampir 200 ton. YANG MUSTAHIL. Petani yang memiliki beberapa panen dengan sistem polybag menyampaikan jika bisa 3 kg polybag sudah baik. Jika itu bisa 5 kg per polybag masih tidak masuk akal, karena dengan hanya sekitar 30 ton. NORMAL. Kebanyakan petani mengeluh jika per polybag hanya 1,2 kg atau bahkan kurang dari 1 kg.Kedua
Produksi jahe dapat diperkirakan dari nutrisi diserap oleh tanaman jahe sampai produksi. Ada banyak penelitian yang menghitung berapa banyak nutrisi tanaman yang diperlukan untuk tanaman 1.000 segar rimpang jahe. Silahkan baca link ini: Diet Jahe Tanaman. Dapat dihitung pula berapa NPK nutrisi perlu dipanen 10 kg, 20 kg per polybag atau 120 ton per ha. Persyaratan ini baru, tidak nyata aplikasi di lapangan. Laporan di Cina, untuk dapat memanen 50 ton per ha, dibutuhkan sebanyak 1 ton pupuk urea. Buanyak ya. Sekarang, jika jumlah dihitung dari nutrisi yang terkandung dalam media tanam jahe, ditambah pupuk cair yang disemprotkan ke tanaman jahe, jahe nilai jauh di bawah yang dapat dipanen. NPK nutrisi yang ada di media tanam tidak dapat sepenuhnya diserap oleh tanaman jahe, hanya sebagian kecil. SO SANGAT MUNGKIN POLYBAG UKURAN 60 CM X 60 CM bisa panen 20 KG.Ketiga
Hama dan masalah penyakit jahe. Budidaya tanaman semua tidak ada yang bisa bebas dari hama dan penyakit. Selain itu, jahe adalah tanaman jahe yang sangat rentan terhadap penyakit, terutama penyakit bercak daun dan rimpang busuk. Lebih-lebih budidaya jahe tidak dapat menggunakan pestisida kimia. Hama dan penyakit menjadi salah satu yang paling sulit tantangan petani jahe, terutama jahe. Hama dan penyakit bisa membuat gagal panen atau mengecilkan produksi jahe.PANEN WAJAR
Jahe hasil wajar Penen menurut saya adalah 20-30 ton per hektar untuk jahe. Target produksi yang lebih tinggi, yaitu 40-50 ton per ha, masih mungkin untuk menggunakan varietas baru jahe berpotensi sangat tinggi. Untuk jahe merah dan jahe dapat 10-15 ton per ha baik. Hasil per polybag menjadi 3 kg jahe baik, jika itu bisa 5 kg per polybag perlu upaya yang kuat dan pemupukan yang baik, selain bebas dari hama dan penyakit. Jahe panen 10 kg per polybag masih rasional, jika menggunakan kultivar unggul baru, pemupukan yang baik dan bebas HPT. Hasil jahe kecil (merah dan CVD) mungkin 1,3 kg baik. Dari angka tersebut, petani jahe dapat menghitung berapa banyak potensi pendapatan pada harga pasar wajar. Petani jahe juga dapat mengatur biaya pengeluaran untuk budidaya jahe. SALAM JAHE.